The Twins

Karena pada maksa buat aku post di blog, ya udah oke, cerita The Twins ini aku copas kesini. OK


The Twins




    

Nama               : Abigail Qlamaire Adams
Panggilan          : Abby
TTL                 : 17 Desember 1999 Pukul 08.13 pagi
Sifat                 : Tomboi, selalu di kuncir, jago main drum & gitar

Nama               : Amanda Quinny Adams
Panggilan          : Manda/Mandy
TTL                 : 17 Desember 1999 Pukul 08.16 pagi
Sifat                 : Suka berdandan, selalu pake aksesoris, jago main biola


Nama             : Chloe Cloves Lourier
Panggilan        : Chloe
TTL               : 17 Desember 1999 Pukul 12.23 siang
Sifat               : Suka melawak, selalu pakai topi, ramah jago nyanyi, jago main piano


Nama            : Cathrine Brights Lourier
Panggilan       : Cathy/Cathrine
TTL              : 17 Desember 1999 Pukul 12.19 siang
Sifat              : Agak pendiem, suka canggung, tapi aslinya gokil, seru, cuek, jago akting, dance, jago gitar & nyanyi

“Apa? Kembaran lagi?” tanya Abby tidak percaya. Matanya masih terus melotot. “Maksudnya, adik kembar?” Pernyataan ayahnya memang membingungkan, mengejutkan, dan seperti keajaiban.
“Bukan, bukan adik. Tapi sepupu kalian,” jelas ayahnya. Kedua anak kembarnya itu masih belum bisa mengerti juga. Memang pernyataan ayahnya cukup aneh dan sulit dipercaya. Maksudnya, mereka mempunyai kembaran lagi. Ya, sebenarnya, Pak Adams berusaha menjelaskan bahwa mereka mempunyai sepupu kembar yang wajahnya sama persis dengan mereka berdua. Tapi, Pak Adams belum bisa mendapatkan kalimat yang tepat.
Pak Adams mengambil napas panjang. “Jadi begini. Kalian akan bertemu sepupu baru. Mereka sangat mirip dengan kalian, dan kalian berdua mungkin sudah mengenalnya namun kalian tidak tahu bahwa mereka berdua adalah saudara kalian.”
“Jadi, maksud ayah, kami pernah bertemu dengan saudara kita itu sebelumnya, dan ayah tidak memberitahuku bahwa itu sepupuku?” tanya Mandy yang sudah hampir mengerti.
“Sebenarnya tidak pernah bertemu, tapi kalian sudah pernah mendengar namanya, mungkin. Dan aku yakin, kalian pernah melihat wajahnya. Sangat dan sangat mirip. Bahkan, kalian berempat lahir di hari yang sama, dan di rumah sakit yang sama,” jawab ayahnya yang sangat misterius.
Kedua anaknya bingung, penasaran dan bersemangat. Mereka berdua mulai mengerti apa maksud ayah mereka. Dan akhirnya, Abby mulai angkat bicara. “Jadi, kami lahir di hari yang sama, tapi tidak saling mengenal. Dan kita pergi jauh besok ke Amerika untuk mengunjunginya saja?”
“Tidak juga, kita pindah seperti biasa. Tapi kali ini kita ke New York. Dan tempat sepupumu tinggal adalah di Hollywood. Jadi besok kita ke Hollywood untuk mengunjungi mereka, dan kemudian ke New York untuk menetap disana,” jawab ayahnya.
Kedua anak gadisnya manggut-manggut tanda mengerti. Mereka memang tidak asing dengan berpindah-pindah negara dan sekolah, jadi mereka tidak begitu terkejut jika suatu hari ayahnya mengatakan akan pindah ke luar negeri dengan mendadak, seperti barusan ini. Ya, Pak Adams adalah seorang duta besar Inggris yang hidupnya berpindah-pindah. Maka, tak heran kalau Mandy dan Abby bisa berbagai bahasa, dan sangat mudah beradaptasi dengan lingkungannya. Tapi, kali ini mereka masih dibalut rasa penasaran yang sangat besar, mengenai sepupu kembar mereka.
“Siapa sepupu kembar kami itu, Yah? Mereka laki-laki atau perempuan? Masih kecil atau sudah besar?” tanya Mandy bertubi-tubi dengan semangat membara dan penasaran.
“Tenang dulu, anak-anak,” ujar ayahnya geli. “Sepupu kalian bernama Chloe dan Cathrine Lourier,” kata ayahnya. Hal ini membuat kedua anaknya kaget setengah mati.
“Tunggu dulu. Si kembar Lourier?” tanya Abby tidak percaya. “Benarkah? Yang menjadi Lyla dan Lucy Zaine di film Twins in the Tower itu?”
Ayahnya mengangguk mantap. “Ya, sepertti barusan kubilang, kalian sudah kenal mereka.” Secara spontan Mandy dan Abby menjerit histeris. Bahkan, Mandy sampai menangis.
“Kenapa ayah tidak pernah bilang?” tanya Mandy. “Oh ya ampun, ternyata Chloe dan Cathy adalah saudara sepupuku, siapa yang pernah menyangka itu?”
“Aku pun tak pernah Mand. Ini seperti mimpi menjadi nyata!” Kemudian Abby ikut menangis.
“Maksudmu, keajaiban!” kata Mandy. “Ayah tidak bercanda kan?” Ayah mereka hanya bisa geleng-geleng kepala melihat kedua putrinya.
Saat itu pula Abby menyadari sesuatu. “Oh, itu dia kenapa wajah kita sangat mirip, dan sulit dibedakan, dan nama belakang mereka sama dengan nama belakang ibu, dan kami lahir di hari yang sama,” gumam Abby pada diri sendiri. “Itu kebetulan atau apa?” Abby masih berpikir mengenainya lebih jauh. “Kan jarang-jarang sepupu wajahnya mirip.”
“Ah, siapa bilang?” tanya ayahnya. Tapi sedetik kemudian mereka sudah asyik dengan pikiran masing-masing.

LANJUT NANTI

Komentar

Postingan populer dari blog ini

DHT 11 dan Sensor LCD

Rumah Anti Maling dengan Sensor Ultrasonic dan ESP32

Bluetooth for ESP32